Minggu, 12 April 2020

Terpopuler Sepekan: Obat Ini Diklaim Bisa Bunuh Corona dalam 2 Hari

Belum lama ini, studi dari Monash University dan Doherty Institute bekerja sama dalam penelitian mereka terkait obat ivermectin yang diklaim ampuh bunuh virus Corona COVID-19. Obat tersebut bahkan diklaim bisa membunuh virus corona dalam 48 jam. Apa sih sebenarnya obat ivermectin?
Mengutip CNN, ivermectin adalah obat anti-parasit yang terbuktif efektif dalam mengatasi beragam penyakit termasuk HIV, Dengue, Influenza, dan Zika. Sekelompok peneliti Australia mendapatkan temuan kalau obat tersebut juga bisa dipakai pada virus corona COVID-19.

Pasalnya, dalam temuan mereka obat ivermectin ini dapat menghentikan virus corona SARS-CoV-2 yang tumbuh dalam sel kultur. Obat itu dinilai secara efektif mampu menghapus semua bahan genetik virus dalam waktu 48 jam.

"Bahkan kami menemukan bahwa dosis tunggal pada dasarnya dapat menghapus semua virus selama 48 jam dan bahkan pada 24 jam ada pengurangan yang sangat signifikan dalam hal itu," jelas pemimpin penelitian ini, Kylie Wagstaff.

Menurut Wagstaff, mekanisme ivermectin membunuh virus tidak diketahui secara pasti. Namun, kemungkinannya obat tersebut bekerja menghentikan virus dengan melemahkan kemampuan sel inang.

Studi yang dipublikasikan di Antiviral Reseach pada Jumat (3/4/2020) ini dilakukan secara in vitro atau di dalam laboratorium. Sehingga uji coba klinis pada manusia perlu dilakukan sebelum digunakan secara luas.

Meski begitu, Wagstaff menyebut kalau obat ini bisa menjadi alternatif selama vaksin belum ditemukan. Maka dari itu dalam waktu dekat ia berencana melanjutkan penelitian dengan mencari dosis yang tepat untuk manusia.

"Ivermectin sangat banyak digunakan dan merupakan obat yang aman. Kami perlu mencari tahu berapa dosis yang efektif pada manusia," ungkapnya.

Imbas Corona, Dokter Spesialis Jiwa Ini Datangi Tiap Rumah Pasien

Rasa khawatir akan penyebaran virus Corona COVID-19 memaksa sebagian masyarakat takut keluar rumah, termasuk ke rumah sakit. Situasi ini tentu menyulitkan bagi pasien gangguan jiwa. Sebab, pengobatan untuk pasien gangguan jiwa ini tidak boleh terputus.
Kondisi ini membuat dokter spesialis jiwa di Rumah Sakit Islam Banjarnegara dr Seno Bayu Aji melakukan jemput bola dengan mendatangi pasien di rumah mereka. Ia tak sendirian. Saat melakukan pelayanan jemput bola ini, juga ditemani perawat, apoteker, dan tenaga lainnya.

"Tidak dipungkiri saat ini wabah Corona membuat takut masyarakat untuk datang ke rumah sakit. Kami mencoba untuk tetap memberikan pelayanan dengan jemput bola seperti ini," kata Seno dokter kesehatan jiwa Rumah Sakit Islam Banjarnegara, saat berada di rumah pasien di Desa Singamerta Kecamatan Sigaluh Banjarnegara, Sabtu (11/4/2020).

Menurutnya, kekhawatiran yang dirasakan keluarga pasien gangguan jiwa untuk berobat ke rumah sakit harus jadi perhatian khusus. Sebab, konsumsi obat bagi pasien gangguan jiwa ini tidak boleh terputus.

"Dalam kondisi apapun mereka harus konsumsi obat dengan teratur. Walau sebenarnya mereka tidak perlu takut untuk kontrol kesehatan di rumah sakit, karena antara pasien infeksius dan non infeksius sudah dipisahkan," jelasnya.

Selain memberikan obat untuk pasien, Seno juga mengevaluasi hasil pemeriksaan sebelumnya. Ia menuturkan, pelayanan jemput bola ini akan terus dilakukan selama masih terjadi wabah COVID-19.

"Masih banyak keluarga pasien yang takut untuk memeriksakan keluarganya ke rumah sakit. Jadi upaya jemput bola ini terus dilakukan selama masih ada wabah Corona ini," ujarnya.

Tak Pakai APD Sesuai Standar, Perawat Ini Meninggal Dunia Hadapi Pandemi Corona

Sudah banyak garda terdepan yang berguguran dalam memerangi pandemi Corona. Kabar duka kembali datang dari seorang perawat layanan kesehatan nasional Inggris (NHS) kelahiran Filipina meninggal dunia.
Mulanya, perawat bernama John Alagos ini jatuh sakit setelah menjalani shift selama 12 jam di Rumah Sakit Umum Watford. Ia pun disebut tidak diizinkan meninggalkan rumah sakit karena pihak RS tengah kekurangan tenaga medis, demikian laporan Daily Mail.

Lalu ia pingsan dan meninggal dunia di rumahnya setelah menjalani shift yang melelahkan, pada Jumat (3/4/2020). Gina Gustilo, ibu Alagos yang berusia 50 tahun, mengatakan bahwa selama anaknya bertugas ia tidak mengenakan pakaian pelindung yang layak di tempat kerjanya. Ditambah lagi, sang anak selalu mengeluh sakit kepala dan demam tinggi sepanjang malam.

"Saya bertanya 'mengapa kamu tidak pulang (saat merasa sakit)?, ia mengatakan dia telah meminta staf lain untuk menggantikannya tetapi mereka mengatakan tengah kekurangan staf dan mereka tidak membiarkannya pergi. Saya berkata, 'OK, ambil beberapa parasetamol,' namun setelah beberapa menit, saya menemukannya membiru di tempat tidurnya," jelas ibu tersebut.

Mendapati anaknya dalam kondisi sekarat, ia langsung menghubungi telepon darurat, tetapi sayangnya paramedis sudah tidak bisa menyadarkan kondisi anaknya.

Ibunya diberitahu oleh rekan-rekan Alagos bahwa ia tidak mengenakan pakaian pelindung yang layak pada saat shiftnya. "Mereka memakai APD, tetapi tidak sepenuhnya melindungi mulut," katanya.

Meski begitu, dalam sebuah pernyataan, Tracey Carter, kepala perawat di Rumah Sakit West Hertfordshire NHS Trust, mengatakan mereka tidak akan pernah mengharapkan siapa pun untuk datang bekerja jika mereka menunjukkan gejala atau dalam kondisi tidak sehat.

"Kami selalu terus memperbarui staf kami pada pedoman APD terbaru untuk memastikan mereka memiliki tingkat perlindungan yang tepat," katanya.

"John sangat populer dan akan sangat dirindukan," jelas Carter.

Rekan-rekan Alagos pun menggalang dana untuk membantu keluarganya yang tengah berduka. "Pada usia 23, dia punya mimpi untuk mengejar Uni, sayangnya, dia tidak akan bisa melakukan ini sekarang," ujar salah satu temannya, dikutip dari Next Shark pada Minggu (12/4/2020).

"Sebagai teman dan kolega, kami memutuskan untuk mengadakan penggalangan dana untuk membantu keluarganya yang berduka. Kami ingin memberikan kembali untuk layanan dan waktu yang dia berikan untuk NHS. Dia memberikan hidupnya untuk profesinya dan kami ingin memberikannya kembali dengan cara yang kami bisa," lanjut salah satu temannya.

Terpopuler Sepekan: Obat Ini Diklaim Bisa Bunuh Corona dalam 2 Hari

Belum lama ini, studi dari Monash University dan Doherty Institute bekerja sama dalam penelitian mereka terkait obat ivermectin yang diklaim ampuh bunuh virus Corona COVID-19. Obat tersebut bahkan diklaim bisa membunuh virus corona dalam 48 jam. Apa sih sebenarnya obat ivermectin?
Mengutip CNN, ivermectin adalah obat anti-parasit yang terbuktif efektif dalam mengatasi beragam penyakit termasuk HIV, Dengue, Influenza, dan Zika. Sekelompok peneliti Australia mendapatkan temuan kalau obat tersebut juga bisa dipakai pada virus corona COVID-19.

Pasalnya, dalam temuan mereka obat ivermectin ini dapat menghentikan virus corona SARS-CoV-2 yang tumbuh dalam sel kultur. Obat itu dinilai secara efektif mampu menghapus semua bahan genetik virus dalam waktu 48 jam.

"Bahkan kami menemukan bahwa dosis tunggal pada dasarnya dapat menghapus semua virus selama 48 jam dan bahkan pada 24 jam ada pengurangan yang sangat signifikan dalam hal itu," jelas pemimpin penelitian ini, Kylie Wagstaff.

Menurut Wagstaff, mekanisme ivermectin membunuh virus tidak diketahui secara pasti. Namun, kemungkinannya obat tersebut bekerja menghentikan virus dengan melemahkan kemampuan sel inang.

Studi yang dipublikasikan di Antiviral Reseach pada Jumat (3/4/2020) ini dilakukan secara in vitro atau di dalam laboratorium. Sehingga uji coba klinis pada manusia perlu dilakukan sebelum digunakan secara luas.

Meski begitu, Wagstaff menyebut kalau obat ini bisa menjadi alternatif selama vaksin belum ditemukan. Maka dari itu dalam waktu dekat ia berencana melanjutkan penelitian dengan mencari dosis yang tepat untuk manusia.

"Ivermectin sangat banyak digunakan dan merupakan obat yang aman. Kami perlu mencari tahu berapa dosis yang efektif pada manusia," ungkapnya.