Jumat, 13 Maret 2020

Program Sriwijaya Air Travel Pass Diprotes Traveler

Belum tuntas tiket pesawat mahal dan bagasi berbayar, ada masalah terkait Sriwijaya Air Travel Pass. Program terbang sepuasnya ini tak seperti yang dijanjikan.

Sriwijaya Air Travel Pass adalah program terbang sepuasnya selama setahun dari maskapai Sriwijaya Air. Traveler membayar Rp 12 juta perorang, lalu mereka bebas terbang kemana saja selama setahun.

Masalahnya adalah, belakangan program ini nyaris tidak bisa dinikmati sama sekali oleh para traveler. Sejak diluncurkan pada Mei 2018, para traveler mulai mengalami kesulitan sekitar Oktober 2018.

"Awalnya bayar Rp 12 juta, berlaku setahun. Bebas terbang nggak ada black out date. Tapi sejak Oktober mulai sulit, makin ke sini makin tidak jelas," kata Maya Sayekti dalam obrolan dengan detikTravel, di Jakarta, Senin (14/1/2018)

Menurut Maya, di tengah jalan pihak Sriwijaya Air mengubah beberapa aturan yang dinilai mengurangi hak-hak traveler yang sudah ikutan program ini. Mereka sejak Oktober kesulitan untuk membooking tiket pesawat.

"Kalau mau pesan, sering banget dibilang sold out. Sold out sampai Juni, masa iya sold out sampai Juni? Lalu nggak bisa web check in, akhirnya berubah lagi jadi boleh. Tapi kalau no show, keanggotaan akan dibekukan 2 minggu," kata Maya.

Anggota Sriwijaya Travel Pass diklaim ada 14 ribu orang. Pihak Sriwijaya menurut Maya mengatakan awalnya bilang tidak ada pembatasan quota. Namun para member pernah menerima email soal pembatasan quota 15 seat pesawat https://www.detik.com/tag/pesawat/ kecil dan 75 seat pesawat besar. Realisasinya menurut dia lebih kecil dari itu.

"Sekarang itu 1 flight cuma bisa 5 member, member keenam itu tidak dapat," jelas Maya.

Awalnya mereka sempat berpikir, mungkin memang pesawat benar-benar penuh. Namun para member yang berhasil terbang, sering mendapati kondisi pesawat cukup kosong lewat bukti foto dari kamera ponsel. Mereka saling berbagi informasi lewat grup percakapan dan media sosial lainnya.

"Member sering capture kabing kosong. Kenapa kami yang merasakan imbasnya? Apa patut kami tiba-tiba diperlakukan kayak begini?" keluh Maya yang menjadi member sampai Juni 2019 nanti.

Para member selalu berusaha bertanya kepada pihak Sriwijaya, namun tidak pernah mendapatkan jawaban memuaskan. Aturan-aturan yang berubah di tengah jalan, mengejutkan mereka.

"Sekarang member kalau booking bisa dapat tiket, tapi tiket tipe A. Kami tanya ini bagaimana maksudnya? Mereka bilang itu tiket standby, 60 menit sebelum terbang akan dikasih tahu. Bisa refund atau menunggu 3 hari buat ketersediaan. Apa nggak deg-degan Mas, nunggu di bandara tanpa tahu kepastian. Pesenan hotel kita nanti bagaimana?" jelas Maya.

Hal senada juga diceritakan Rahadiansah, member Sriwijaya Travel Pass lainnya. Mereka juga sering mendapatkan reskedul penerbangan secara sepihak, padahal pesawatnya tetap terbang normal seperti biasa.

"Mereka udah melanggar janji, itu merugikan kita semua. Mereka sering reskedul terbang, padahal pesawatnya tetap terbang normal," kata Rahadiansah.

Para member pun sampai mendatangi kantor Sriwijaya Air, namun tak kunjung dapat jawaban memuaskan. Harapan mereka bisa mendapatkan haknya sebagai konsumen traveler. Terkait dengan kejadian ini, detikTravel masih berusaha menghubungi pihak Sriwijaya Air, namun belum mendapatkan respons.

"Tolong kembalikan benefit kami yang semua itu tanpa batasan macam-macam, kami ingin tetap bisa berkomunikasi dengan pihak Sriwijaya Air," kata Maya mewakili teman-temannya yang lain. 

Kisah Terbang Sorong-Jakarta 4 Hari Pakai Sriwijaya Travel Pass

Para traveler memprotes program terbang sepuasnya dari Sriwijaya Air yang makin sulit digunakan. malah, ada member yang terbang dari Sorong ke Jakarta 4 hari.

Sriwijaya Air Travel Pass adalah program terbang sepuasnya selama setahun dari maskapai Sriwijaya Air. Traveler membayar Rp 12 juta perorang, lalu mereka bebas terbang kemana saja selama setahun.

Rahadiansah adalah seorang member sampei Mei 2019. Dia sering bolak-balik Jakarta-Sorong untuk keperluan bisnis. Program Sriwijaya Air Travel Pass tentu saja adalah impian dia sebagai traveler.

"Saya ada bisnis di Sorong, sebulan bisa 2-3 kali ke sana," kata Rahadiansah kepada detikTravel, Senin (14/1/2019).

Sejak Oktober 2018, para member Sriwijaya Air Travel Pass mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan hak mereka terbang sepuasnya. Hal itu juga dirasakan Rahadiansah, yang butuh terbang ke Sorong dan sebaliknya.

Kejadian paling parah adalah dia makan waktu 4 hari untuk pulang dari Sorong ke Jakarta memakai Sriwijaya Air Travel Pass. Tanggal 3 Januari 2019, dia berencana pulang dari Sorong ke Jakarta. Tidak ada quota untuk member Sriwijaya Air Travel Pass.

"Terbuka sih tiket, tapi satuan. Sorong-Manado, Manado-Ternate, Ternate-Makassar, Makassar-Semarang, Semarang-Jakarta. Ya sudah saya ambil saja," kata dia.

Rahadiansah pun naik pesawat sambung-menyambung demi bisa memanfaatkan Sriwijaya Air Travel Pass, pulang gratis ke Jakarta. Dia tiba di Jakarta 4 hari kemudian.

"Totalnya 4 hari, saya cari penginapan sendiri. Ternate-Makassar-Semarang itu sehari. Biaya menginapnya hampir seharga tiket," curhatnya.

Menurut Rahadiansah, jika membeli tiket seperti biasa, semua kursi itu tersedia. Namun jika memakai Sriwijaya Air Travel Pass, sulit betul bisa mendapatkan tiket gratis.

"Dia (Sriwijaya Air-red) sudah meelanggar janji, itu merugikan kita semua," kata Rahadiansah. Terkait dengan kejadian ini, detikTravel masih berusaha menghubungi pihak Sriwijaya Air.

Program Sriwijaya Air Travel Pass Diprotes Traveler

Belum tuntas tiket pesawat mahal dan bagasi berbayar, ada masalah terkait Sriwijaya Air Travel Pass. Program terbang sepuasnya ini tak seperti yang dijanjikan.

Sriwijaya Air Travel Pass adalah program terbang sepuasnya selama setahun dari maskapai Sriwijaya Air. Traveler membayar Rp 12 juta perorang, lalu mereka bebas terbang kemana saja selama setahun.

Masalahnya adalah, belakangan program ini nyaris tidak bisa dinikmati sama sekali oleh para traveler. Sejak diluncurkan pada Mei 2018, para traveler mulai mengalami kesulitan sekitar Oktober 2018.

"Awalnya bayar Rp 12 juta, berlaku setahun. Bebas terbang nggak ada black out date. Tapi sejak Oktober mulai sulit, makin ke sini makin tidak jelas," kata Maya Sayekti dalam obrolan dengan detikTravel, di Jakarta, Senin (14/1/2018)

Menurut Maya, di tengah jalan pihak Sriwijaya Air mengubah beberapa aturan yang dinilai mengurangi hak-hak traveler yang sudah ikutan program ini. Mereka sejak Oktober kesulitan untuk membooking tiket pesawat.

"Kalau mau pesan, sering banget dibilang sold out. Sold out sampai Juni, masa iya sold out sampai Juni? Lalu nggak bisa web check in, akhirnya berubah lagi jadi boleh. Tapi kalau no show, keanggotaan akan dibekukan 2 minggu," kata Maya.

Anggota Sriwijaya Travel Pass diklaim ada 14 ribu orang. Pihak Sriwijaya menurut Maya mengatakan awalnya bilang tidak ada pembatasan quota. Namun para member pernah menerima email soal pembatasan quota 15 seat pesawat https://www.detik.com/tag/pesawat/ kecil dan 75 seat pesawat besar. Realisasinya menurut dia lebih kecil dari itu.

"Sekarang itu 1 flight cuma bisa 5 member, member keenam itu tidak dapat," jelas Maya.

Awalnya mereka sempat berpikir, mungkin memang pesawat benar-benar penuh. Namun para member yang berhasil terbang, sering mendapati kondisi pesawat cukup kosong lewat bukti foto dari kamera ponsel. Mereka saling berbagi informasi lewat grup percakapan dan media sosial lainnya.