Senin, 09 Maret 2020

Liburan ke Jawa Tengah Yuk! Ada Wisata Religi dan Air Terjun di Kudus

Jawa Tengah mendadak jadi perhatian netizen karena dibandingkan dengan Malaysia. Di sana banyak destinasi asyik misalnya Kudus yang punya wisata religi dan air terjun.

Mengingat Kota Kudus, kita pasti akan langsung tertuju dengan istilah kota santri. Ini tak lepas dengan adanya dua sunan dari Wali Songo yaitu Sunan Muria dan Sunan Kudus yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa pada zaman dahulu kala yang makamnya berada di Kudus sehingga banyak peziarah yang datang untuk melakukan wisata religi. Banyaknya pondok pesantren yang tersebar juga menambah kesan kuat kota ini sebagai kota santri.

Kami mengawali perjalanan dengan berziarah ke makam Sunan Kudus yang terletak di Jl Menara, Pejaten, Kauman, Kota Kudus dan hanya butuh waktu tempuh sekitar 10 menit dari alun-alun kota Kudus. Setibanya di sana saya dan teman-teman saya bergegas untuk mengambil wudhu kemudian berdoa di depan makam Sunan Kudus. Selesai berdoa, kami menyempatkan diri berkeliling area makam dan masjid.

Ada keunikan dari masjid disini karena memiliki menara yang serupa bangunan candi serta pola arsitektur yang memadukan konsep budaya Islam dengan budaya Hindu-Buddha sehingga menunjukkan terjadinya proses akulturasi dalam pengislaman Jawa dan sebagai wujud toleransi antar agama yang apik. Menara ini menjadikannya sebagai salah satu ikon dari kota ini.

Masjid ini didirikan pada tahun 1549 M dengan menaranya yang memiliki ketinggian 18 meter. Terlihat bahwa di sekeliling bangunan menara dihiasi dengan piring-piring bergambar dan satu jam dinding besar di depan yang menambah estetika dari menara tersebut. Penasaran dengan apa yang ada di dalam menara, kami memberanikan diri untuk meminta izin kepada petugas penjaga untuk dapat naik ke menara.

Kemudian kami diberi kesempatan untuk ikut naik pada waktu bedug di atas menara tersebut ditabuh yang menandakan masuknya waktu salat. Walau hanya sebentar, kami sudah puas melihat kedalam menara dan melihat pemandangan Kota Kudus dari atas menara. Seusai kami turun petugas segera mengunci kembali pintu pagar menara dan tak lupa kami mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang diberikan. Setelah salat dzuhur kami melanjutkan perjalanan menuju makam Sunan Muria.

Makan Sunan Muria terletak di atas bukit Gunung Muria, Colo, Dawe, Kudus. Dari makam Sunan Kudus membutuhkan waktu tempuh sekitar 30 menit untuk dapat sampai di sana. Udara dingin khas pegunungan menyapa kami setibanya di sana. Selain itu, tukang ojek yang berjejer di pangkalan mulai menghampiri kami. Memang untuk dapat sampai ke makam diharuskan untuk naik ojek atau menaiki anak tangga yang akan menguras tenaga melihat tingginya untuk mencapai lokasi. Kami memutuskan untuk naik ojek terlebih dahulu dan jalan kaki saat pulangnya.

Setibanya kami di lokasi, hal yang kami lakukan sama dengan sebelumnya di Sunan Kudus. Setelah selesai berdoa, kami menuju rute keluar dari makam yang mengarah menuju gentong berisi air disamping pintu keluar. Kemudian kami menyempatkan diri untuk minum air di gentong peninggalan Sunan Muria. Kami dan peziarah lainnya yang meminum air di gentong tersebut tujuannya untuk melepas dahaga setelah pejalanan seharian saya dan teman-teman saya untuk sampai disini. Air gentong Muria ini laksana zam-zam lokal bagi masyarakat, tak heran jika banyak penjual di sepanjang jalan menuju makam yang menjajakan botol kosong untuk para peziarah agar dapat membawa pulang air dari gentong tersebut.

Sebelum pulang, kami tak ingin melewatkan kesempatan untuk dapat berwisata ke Air Terjun Montel di Gunung Muria ini yang terkenal di Kudus. Cukup dengan membayar Rp 7.000 sebagai tiket masuk kami berjalan menuju air terjun. Perjalanan cukup panjang menuju air terjun yang terjal dan melelahkan terbayar dengan indahnya pemandangan yang disajikan. Setelah bermain-main di air terjun yang membuat pakaian kami cukup basah, kami memutuskan untuk istirahat dan membeli makanan sambil menunggu pakaian kami cukup kering untuk melanjutkan perjalanan pulang.

Setelah dirasa pakaian kami cukup kering, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai ke rumah masing-masing dengan selamat.

Sambut Tiket ke-35 Juta dari AntaVaya, Maskapai Jerman Sumbang CT ARSA

Maskapai dan penyedia tiket dari Jerman, Hahn Air merayakan pembelian tiket ke-35 juta yang dibeli AntaVaya. Perayaan ini dilakukan dengan memberikan donasi lewat CT ARSA Foundation.

Dalam rilis AntaVaya kepada detikTravel, Jumat (18/1/2019) Hahn Air adalah maskapai terjadwal dan carter di Jerman sejak 1994. Mereka juga memiliki usaha penyedia jasa tiket untuk perjalanan Eropa dan bekerja sama dengan lebih dari 100 ribu travel agent dari seluruh dunia dari 190 negara.

Tiket ke-35 juta adalah momen istimewa bagi Hahn Air dan AntaVaya selaku rekanan travel agent adalah pihak yang membeli tiket tersebut. Momen ini pun dirayakan dengan istimewa.

"Kami senang bisa memberikan layanan tiket kepada lebih dari 100.000 travel agent di seluruh dunia. Dengan Hahn Air, travel agent bisa mendapatkan tiket dari maskapai di luar area pasar mereka. Ini sangat menguntungkan travel agent seperti AntaVaya untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan," kata Kimberley Long, Vice President Sales & Agency Distribution Hahn Air.

Untuk merayakan momen ini, Hahn Air mendonasikan uang senilai 3.500 Euro (Rp 55,6 juta) diwakili oleh Michael Hilland-Nell kepada CT ARSA Foundation diwakili oleh Ariza, untuk membantu korban bencana alam. Penyerahan bantuan ini turut disaksikan oleh Direktur Antavaya Ratih Prabandari dan Corporate Services Director AntaVaya, Bagus Priatna. 

Liburan ke Jawa Tengah Yuk! Ada Wisata Religi dan Air Terjun di Kudus

Jawa Tengah mendadak jadi perhatian netizen karena dibandingkan dengan Malaysia. Di sana banyak destinasi asyik misalnya Kudus yang punya wisata religi dan air terjun.

Mengingat Kota Kudus, kita pasti akan langsung tertuju dengan istilah kota santri. Ini tak lepas dengan adanya dua sunan dari Wali Songo yaitu Sunan Muria dan Sunan Kudus yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa pada zaman dahulu kala yang makamnya berada di Kudus sehingga banyak peziarah yang datang untuk melakukan wisata religi. Banyaknya pondok pesantren yang tersebar juga menambah kesan kuat kota ini sebagai kota santri.

Kami mengawali perjalanan dengan berziarah ke makam Sunan Kudus yang terletak di Jl Menara, Pejaten, Kauman, Kota Kudus dan hanya butuh waktu tempuh sekitar 10 menit dari alun-alun kota Kudus. Setibanya di sana saya dan teman-teman saya bergegas untuk mengambil wudhu kemudian berdoa di depan makam Sunan Kudus. Selesai berdoa, kami menyempatkan diri berkeliling area makam dan masjid.

Ada keunikan dari masjid disini karena memiliki menara yang serupa bangunan candi serta pola arsitektur yang memadukan konsep budaya Islam dengan budaya Hindu-Buddha sehingga menunjukkan terjadinya proses akulturasi dalam pengislaman Jawa dan sebagai wujud toleransi antar agama yang apik. Menara ini menjadikannya sebagai salah satu ikon dari kota ini.

Masjid ini didirikan pada tahun 1549 M dengan menaranya yang memiliki ketinggian 18 meter. Terlihat bahwa di sekeliling bangunan menara dihiasi dengan piring-piring bergambar dan satu jam dinding besar di depan yang menambah estetika dari menara tersebut. Penasaran dengan apa yang ada di dalam menara, kami memberanikan diri untuk meminta izin kepada petugas penjaga untuk dapat naik ke menara.

Kemudian kami diberi kesempatan untuk ikut naik pada waktu bedug di atas menara tersebut ditabuh yang menandakan masuknya waktu salat. Walau hanya sebentar, kami sudah puas melihat kedalam menara dan melihat pemandangan Kota Kudus dari atas menara. Seusai kami turun petugas segera mengunci kembali pintu pagar menara dan tak lupa kami mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang diberikan. Setelah salat dzuhur kami melanjutkan perjalanan menuju makam Sunan Muria.

Makan Sunan Muria terletak di atas bukit Gunung Muria, Colo, Dawe, Kudus. Dari makam Sunan Kudus membutuhkan waktu tempuh sekitar 30 menit untuk dapat sampai di sana. Udara dingin khas pegunungan menyapa kami setibanya di sana. Selain itu, tukang ojek yang berjejer di pangkalan mulai menghampiri kami. Memang untuk dapat sampai ke makam diharuskan untuk naik ojek atau menaiki anak tangga yang akan menguras tenaga melihat tingginya untuk mencapai lokasi. Kami memutuskan untuk naik ojek terlebih dahulu dan jalan kaki saat pulangnya.