Minggu, 02 Februari 2020

Es Krim Jamu di Semarang, Kamu Sudah Coba?

Liburan ke Semarang, traveler bisa mencicipi es krim dengan rasa yang unik. Ada es krim rasa jamu di sana.

Di kawasan Pecinan Semarang, terdapat Makuta Jamu Cafe yang menjual jamu dan es krim. Kafe yang beroperasi sejak 27 Juli 2018 ini digagas oleh generasi penerus Nyonya Meneer, Seno Budiono dan keluarga, lokasi tepatnya di Jalan Gang Pinggir No 38, Kranggan, Semarang, Jawa Tengah.

detikcom berkunjung ke sana akhir pekan lalu. Sejak memasuki kafe, aroma jamu yang khas seakan menyambut traveler yang datang. Tampak kursi-kursi dan meja untuk traveler di sisi kanan dan kiri, serta ada rak yang memajang produk jamu yang bisa dibawa pulang.

Segara saya duduk di kursi yang kosong dan memesan es krim rasa jamu. Meskipun di luar udara dingin karena tengah turun hujan yang cukup deras, tak mengurangi rasa penasaran saya untuk mencicipi dessert unik es krim rasa jamu.



Sambil menunggu pesanan, saya berkesempatan berbincang dengan salah satu karyawan di sana, Debora Marni. Wanita yang akrab disapa Marni ini sudah berkecimpung di dunia rempah untuk dibuat jamu sejak 1976, bekerja dengan keluarga Nyonya Meneer. Kini ia juga ikut bekerja di Makuta Jamu Cafe. Untuk menu-menu di sini, memang diramu langsung oleh generasi penerus Nyonya Meneer.

"Semua yang meramu Pak Seno. Setahu saya membikin kafe ini, kafe jamu, supaya generasi penerusnya mengenal jamu. Juga supaya anak muda itu kenal bahan-bahan, rempah-rempah kekayaan Indonesia," ujar Marni.

Marni mengatakan, rempah yang digunakan untuk bahan membuat jamu banyak didapat dari desa-desa di sekitaran Jawa Tengah, seperti Temanggung. Semua bahannya pun alami.

"Bahan bisa dikatakan asli segar, alami semua," tuturnya.

Rempah-rempah yang sudah dibeli, diproses di kafe. Mulai dari dicuci bersih, dirajang, hingga dikeringkan. Lalu selanjutnya diolah kembali, sesuai keperluan untuk dibuat es krim atau minuman jamu. Untuk peralatan semua sudah disterilkan dan sesuai ketentuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Menu es krim di sini rasanya beragam. Beberapa di antaranya adalah kunir asem, moringa dan green tea, STMJ, temulawak soda, alang-alang selasih, serta beras kencur. Karena bahannya dari rempah-rempah, es krim ini disebut berkhasiat untuk kesehatan.

"Alang-alang selasih itu untuk sakit panas dalam," ujar Marni.

Nah, saya pun memesan es krim rasa STMJ juga kunir asem. Benar saja, rasa jamunya begitu terasa. Sensasinya berbeda, karena biasanya jamu identik dengan minuman hangat, tapi kali ini dalam bentuk es krim yang dingin.

Es krim jamu dijual dengan harga yang terjangkau, mulai dari Rp 16 ribu. Selain es krim, di sini tentunya juga menjual minuman jamu dengan beragam khasiat untuk kesehatan. Ada beras kencur, bersih pinggang, linugon, galian singset, kembung perut dan lain sebagainya. Harganya rata-rata Rp 17.500.

Buat yang suka ngeteh, ada pula aneka teh di sini. Rasanya pun beragam mulai dari teh kemangi, alang-alang, moringa, hingga jahe tarik. Masih ada banyak lagi menu yang bisa dipilih traveler. Pastinya bakalan betah berlama-lama menikmati aneka menu jamu di sini. Kalau mau membawa pulang minuman jamu, sudah tersedia kemasan botol yang praktis di bawa ke mana-mana.

Jaga Bumi, Go Green Jadi 'Agama' di Norwegia

Bicara soal menjaga Bumi, rasanya kita harus berkaca pada Norwegia. Norwegia memiliki konsep go green yang mendarah daging dan jadi model bagi negara lain.

Inilah Norwegia, sebuah negara di Eropa yang punya kecintaan mendalam terhadap alam. Dikumpulkan detikTravel, Senin (22/4/2019) Norwegia kerap kali menjuarai berbagai penghargaan yang berhubungan dengan keseimbangan alam, sebut saja daro Planet & Climate Index.

Di Hari Bumi ini, yuk lihat betapa cintanya Norwegia terhadap alam mereka. Sejak tahun 1850-an, Norwegia memiliki konsep hidup yang bernama friluftsliv atau hidup di alam terbuka.

Friluftsliv saat itu dimulai dengan menghabiskan waktu di area terpencil untuk kesehatan jasmani dan rohani. Konsep ini terus diturunkan hingga sekarang.

Masyarakat skandinavia menghargai alam dengan cara melakukan banyak kegiatan di luar rumah. Mereka menganggap bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan di luar rumah, maka kamu akan semakin sehat dan bahagia.

Tak heran, Norwegia punya banyak wisata alam yang begitu memukau. Mulai dari aurora sampai svalbard yang cantik dengan salju. Semua dijaga karena obsesi orang Norwegia terhadap alam.

Untuk menunjung pemahaman ini, pemerintahan Norwegia pun memfasilitasi masyarakatnya dengan berbagai transportasi ramah lingkungan. Norwegia menjadi pengguna mobil listrik tertinggi di dunia. Pemerintahnya berjanji akan memberikan alam yang bebas polusi pada tahun 2030.

Tah hanya itu, Oslo pun dinobatkan sebagai Model Hijau Eropa 2019 oleh Komisi Eropa. Norwegia berusaha untuk lebih hijau dengan transportasi sepeda dan kendaraan umum ramah lingkungan.

Untuk menekan polusi, Oslo berupaya untuk menjadi kota yang bebas mobil. Pemerintah sudah mulai menghapus ruang parkir di tempat umum, supaya para pejalan kaki punya pedestarian dan makin banyak ruang untuk pesepeda.

Polusi sendiri menjadi musuh utama fenomena aurora. Polusi udara dan cahaya akan membuat aurora semakin memudar. Inilah yang tak akan dibiarkan oleh Norwegia.

Tapi sekali lagi, Norwegia melakukan hal ini karena mereka sangat cinta alam dan suka beraktivitas di luar ruangan. Saking cintanya main ke alam, Norwegia punya transportasi umum yang mengantarkan mereka sampai ke hutan. Main ke hutan jadi aktivitas yang biasa dilakukan orang Norwegia sebelum atau sesudah bekerja.

"Ini adalah bagian yang sangat mengakar dalam budaya kita, dan sesuatu yang hampir seperti agama bagi banyak orang (masyarakat Norwegia-red)," kata Axel Bentsen, pendiri dan CEO Urban Sharing, dilansir dari BBC.

Saking cintanya dengan alam, masyarakat Norwegia terbiasa bekerja dengan waktu yang fleksibel. Mereka lebih suka bersantai menikmati alam saat siang hari dan bekerja malam hari. Ada cara pandang unik dari sini, mereka percaya bahwa mereka akan mendapatkan sudut pandang yang berbeda ketika berada di luar ruangan.

Seperti yang sudah disinggung di atas, pemahaman friluftsliv sudah hampir sama dengan agama. Masyarakat Norwegia tidak mengenal adanya cuaca yang buruk. Yang ada hanyalah pakaian yang salah di waktu tertentu alias saltum.

Lantas apa yang mereka lakukan di alam terbuka? Masyarakat Norwegia sangat menghargai alam. Mereka biasanya suka tidur siang sambil berjemur, meditasi, kemping atau sekedar menikmati keindahan alam dengan duduk dan bersantai. Melihat dedaunan hijau dinilai jauh lebih menarik dari menonton tv.

Yang pasti, untuk menjaga ketenangan mereka saat friluftsliv, ada beberapa area terbuka yang membatasi signal seluler. Sehingga mereka benar-benar bisa bersantai di alam terbuka.

Sampai saat ini, Norwegia memenuhi pasokan listriknya dengan menggunakan tenaga air dari garis pantai, fjord dan air terjunnya. Hal yang menjadi kontroversi adalah posisi Norwegia yang masih menjadi ekstraktor dan pengekspor minyak utama di Eropa. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat masyarakat Norwegia untuk tetap go green.

Kembali diingatkan untuk menjaga alam, Yuk cintai Bumi kita dengan tidak buang sampah sembarangan dan gunakan produk ramah lingkungan mulai sekarang..