Sabtu, 01 Februari 2020

Kisah Permen Legendaris dari Jerman & Rasa yang Tak Pernah Ada

Ada satu merk permen legendaris dari Jerman. Tahukah traveler, ada kisah tentang satu rasa permen ini yang tidak pernah dibuat. Penasaran seperti apa?

Traveler tahu permen Haribo? Ternyata merk permen yang terkenal seantero dunia ini berasal dari Jerman. Tepatnya permen ini berasal dari Kota Bonn.

Haribo sendiri merupakan akronim dari nama sang pembuat dan kota dimana dia lahir: Hans Riegel, Bonn. Jika disingkat, jadilah HA-RI-BO, merk permen yang kita kenal sampai sekarang.

detikcom bersama rombongan Fam Trip Singapore Airlines tiba di Kota Bonn pada Minggu (24/3) lalu. Perjalanan dari Kota Dusseldorf menuju ke Bonn memakan waktu sekitar 1 jam saja lewat jalur darat.

Hari Minggu, suasana Kota Bonn relatif sepi. Toko-toko tutup, kecuali beberapa restoran dan toko roti. Dari sekian banyak toko di jalanan Bonn, ada satu toko yang begitu menarik perhatian saya. Bukan toko sneakers, atau toko baju, tetapi sebuah toko permen.

Tulisan di depan tokonya membuat mata saya berbinar-binar: HARIBO. Permen yang saya sukai semasa kecil, dan masih saya sukai sampai sekarang. Sayang, toko Haribo ini juga tutup di hari Minggu.

Melihat ketertarikan saya, pemandu kami Katrin mulai bercerita tentang permen Haribo. Dari cerita Katrin, saya baru tahu kalau Haribo itu singkatan dari nama pemiliknya, sekaligus kota kelahirannya: Hans Riegel, Bonn. Haribo.

Ada satu cerita lain yang tak kalah menariknya dari Katrin. Setiap tahun, anak-anak kecil di Kota Bonn bisa dapat permen Haribo secara gratis. Caranya, mereka harus mengumpulkan buah chest nut yang mereka temukan, kemudian membawanya ke pabrik Haribo di Kota Bonn untuk ditukar dengan permen-permen manis ini. 10 Kg Chestnut akan ditukar dengan 1 Kg permen Haribo.

"Dulu, pemilik Haribo membuat pengumuman, anak-anak diminta untuk mengumpulkan buah chestnut di halaman rumahnya untuk ditukar dengan permen Haribo. Tradisi itu berlangsung sampai sekarang," kata Katrin.

Selama 2 hari, sekitar tanggal 20-21 Oktober di minggu-minggu pertama Musim Gugur, warga Kota Bonn, bahkan kota-kota lainnya datang untuk berburu permen gratis dari Haribo. Tak hanya anak-anak yang antusias, orang tua pun ikut dalam tradisi barter Haribo ini.

Jalanan di depan Pabrik Haribo akan ditutup karena dipenuhi oleh orang, dan juga chestnut. Tapi ada aturannya, setiap orang tidak boleh membawa lebih dari 50 kg chest nut. Syarat lainnya lagi, traveler tidak boleh membawa mobil ke area pabrik.

Tapi menariknya, sampai sekarang Haribo tidak pernah mengeluarkan produk permen dengan rasa chestnut. Lantas dikemanakan berkilo-kilo chestnut yang ditukarkan dengan permen Haribo itu?

"Sampai sekarang, saya juga tidak tahu diapakan chestnut-chestnut itu. Hanya mereka (Haribo -red) yang tahu," jawab Katrin.

Lebih dari 80 tahun berselang, tradisi tukar-menukar chestnut ini masih berlangsung setiap tahunnya. Bedanya sekarang, lokasi Kantor Pusat Haribo sudah berpindah.

Dari lokasi sebelumnya di Friesdorf Straße, Bad Godesberg jadi pindah ke daerah Grafschaft, sekitar setengah jam perjalanan mengemudi ke arah selatan Kota Bonn. 

Mungkin Cuma di Tegal, Ada Tank di Pantai

Main pasir atau basah-basahan di pantai itu biasa. Kalau di Tegal, ada tank di pantainya!

Siapa yang tak kenal dengan Tegal, kota di pesisir Pantai Utara Jawa Tengah identik dengan warteg yang banyak bertebaran di Jabodetabek. Jika ingin menelusuri tempat-tempat wisatanya, kota berdialek 'ngapak' ini juga memiliki banyak destinasi menarik, salah satunya Museum Bahari.

Meski namanya serupa dengan museum yang ada di Penjaringan Jakarta Utara, kedua museum tersebut punya jenis koleksi yang berbeda. Museum Bahari di Kota Tegal adalah museum yang menampilkan pajangan senjata berat militer atau alat utama sistem pertahanan (alutsista).

Puluhan alutsista yang sudah tak terpakai ini ditempatkan tak jauh dari garis pantai dan masih berada dalam kawasan wisata Pantai Alam Indah (PAI). Pantai ini hanya berjarak tak kurang dari 300 meter dari Jalan Yos Sudarso yang masih merupakan bagian dari Jalur Pantura.

Selangkah melewati gerbang masuk PAI, sebuah tank gahar bertipe PT-46 buatan Uni Soviet langsung menyambut. Moncong meriamnya tepat mengarah ke pintu masuk objek wisata paling favorit di Kota Tegal ini. Dengan senjata utama meriam kaliber 76,2 mm, tank ringan amphibi ini jadi salah satu alutsista paling diandalkan KKO atau Korps Marinir di tahun 1950-an.

KKO sendiri memiliki cukup banyak Tank PT-76, lantaran hubungan Indonesia dengan Uni Soviet yang sangat dekat di era Presiden Soekarno. Dengan kelincahan manuver dan ketahanan di darat dan perairan, tank ini banyak membantu Indonesia dalam berbagai operasi, seperti Trikora yang memaksa Belanda menyerahkan Papua Barat ke tangan Indonesia.

Rantai penggerak roda tank jadi tempat paling menarik berpose selfie di sini. Beberapa pengunjung bahkan nekat memanjat tank yang memiliki tinggi 2,3 meter ini.

Selain tank, masih ada lusinan alutsista lain yang dipajang rapi di taman berbentuk kapal ini seperti kendaraan tempur panser BRDM yang juga buatan Uni Soviet, artileri meriam, ranjau laut, torpedo, rudal anti pesawat, bouyance, jangkar, dan pesawat udara Nomad N-22.

Penempatan bekas-bekas senjata berat TNI AL di Museum Bahari Tegal ini tak lepas dari catatan sejarah kelahiran KKO. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, para guru dan murid sekolah pelayaran dari berbagai daerah bertemu di Tegal membentuk KKO yang menjadi bagian dari Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), cikal bakal TNI AL.

Tak jauh dari Museum Bahari, terdapat gedung Markas Komando Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Tegal. Gedung bekas National Hadels Bank NV jadi saksi sejarah kelahiran TNI AL dan sejumlah pertempuran selama perang revolusi di Indonesia.

Kisah Permen Legendaris dari Jerman & Rasa yang Tak Pernah Ada

Ada satu merk permen legendaris dari Jerman. Tahukah traveler, ada kisah tentang satu rasa permen ini yang tidak pernah dibuat. Penasaran seperti apa?

Traveler tahu permen Haribo? Ternyata merk permen yang terkenal seantero dunia ini berasal dari Jerman. Tepatnya permen ini berasal dari Kota Bonn.

Haribo sendiri merupakan akronim dari nama sang pembuat dan kota dimana dia lahir: Hans Riegel, Bonn. Jika disingkat, jadilah HA-RI-BO, merk permen yang kita kenal sampai sekarang.

detikcom bersama rombongan Fam Trip Singapore Airlines tiba di Kota Bonn pada Minggu (24/3) lalu. Perjalanan dari Kota Dusseldorf menuju ke Bonn memakan waktu sekitar 1 jam saja lewat jalur darat.

Hari Minggu, suasana Kota Bonn relatif sepi. Toko-toko tutup, kecuali beberapa restoran dan toko roti. Dari sekian banyak toko di jalanan Bonn, ada satu toko yang begitu menarik perhatian saya. Bukan toko sneakers, atau toko baju, tetapi sebuah toko permen.

Tulisan di depan tokonya membuat mata saya berbinar-binar: HARIBO. Permen yang saya sukai semasa kecil, dan masih saya sukai sampai sekarang. Sayang, toko Haribo ini juga tutup di hari Minggu.

Melihat ketertarikan saya, pemandu kami Katrin mulai bercerita tentang permen Haribo. Dari cerita Katrin, saya baru tahu kalau Haribo itu singkatan dari nama pemiliknya, sekaligus kota kelahirannya: Hans Riegel, Bonn. Haribo.

Ada satu cerita lain yang tak kalah menariknya dari Katrin. Setiap tahun, anak-anak kecil di Kota Bonn bisa dapat permen Haribo secara gratis. Caranya, mereka harus mengumpulkan buah chest nut yang mereka temukan, kemudian membawanya ke pabrik Haribo di Kota Bonn untuk ditukar dengan permen-permen manis ini. 10 Kg Chestnut akan ditukar dengan 1 Kg permen Haribo.

"Dulu, pemilik Haribo membuat pengumuman, anak-anak diminta untuk mengumpulkan buah chestnut di halaman rumahnya untuk ditukar dengan permen Haribo. Tradisi itu berlangsung sampai sekarang," kata Katrin.