Senin, 13 Januari 2020

Gandeng Jetstar, Menpar Yakin Turis Australia ke RI Meningkat

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggandeng maskapai asal Australia, Jetstar untuk memperkuat akses wisatawan asal Australia menuju pariwisata di Indonesia. Selain akses, Kemenpar dan Jetstar juga bekerja sama dalam program CSR lingkungan di Bali.

Langkah awal yang akan dilakukan adalah Jetstar dan Wonderful Indonesia akan mempromosikan pariwisata Indonesia di tiga kota di Australia, yaitu Melbourne, Adelaide, dan Sydney.

Executive Manager, Government & Public Affairs Jetstar, Rohan Garnett menjelaskan bahwa pihaknya telah membuka pusat pelatihan untuk pramugari dan kru kabin di Bali. Saat ini sudah ada 50 peserta yang lolos dalam seleksi yang sangat ketat dari pelatihan di Bali selama empat minggu dan dilanjutkan di Melbourne, Australia selama dua minggu.

"Kami telah dan akan terus merekrut karyawan dari Indonesia," ucap Garnett dalam keterangan tertulis, Senin (15/7/2019).

Garnett memproyeksikan sampai akhir tahun nanti akan merekrut 200 kru kabin Jetstar dari Indonesia untuk mempermudah penumpang Australia yang akan menuju Indonesia nantinya. Jetstar juga akan meningkatkan frekuensi penerbangan Adelaide-Denpasar yang paling lambat akan terealisasi pada bulan Oktober 2019.

Saat ini, baru ada satu penerbangan setiap harinya untuk mengakses wisatawan dari Australia bagian selatan itu. Selain itu, Jetstar juga berencana mengganti beberapa pesawat miliknya dengan pesawat yang lebih besar untuk meningkatkan penumpang.

"Dengan pesawat jenis A321 Neo, Jetstar akan meningkatkan jumlah penumpang dengan regenerasi fleet dari A320 menjadi A321 neo mulai dari awal tahun depan," ucap Garnett.

Selain memperkuat akses wisatawan, Kemenpar dan Jetstar juga akan bekerja sama dalam program CSR di sektor pariwisata dan lingkungan, yaitu manajemen pengelolaan sampah di Bali dengan mengundang berbagai relawan.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan juga akan menggandeng Yayasan Sanur untuk ikut program CSR ini yang menurutnya menjadi bagian dari program sustainable tourism.

"Kami sudah ada programnya, sedang dikembangkan oleh Kemenpar bersama kampus dan UNWTO, dan kami mengajak publik untuk bergabung seperti akademisi, NGO, untuk mensukseskan program sustainable tourism yang sudah menjadi concern dunia. Kami juga sudah memutuskan untuk mengajak Yayasan Sanur sebagai pilot project karena Sanur memang lebih pas, sudah memiliki community yang kuat, dan kompak," ucap Arief.

Arief juga optimis melalui kerja sama ini dapat menggenjot dan meningkatkan wisatawan asal Australia. Ia mengutip data wisatawan asal Australia yang selama dua tahun terakhir meningkat. Tahun 2017 sebanyak 1.256.927 wisatawan dan tahun 2018 sebanyak 1.301.225 wisatawan.

"Strategi mendorong Low Cost Carrier (LCC) seperti Jetstar itu ibarat sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Jika LCC punya banyak seats capacity, maka millennials travelers juga akan semakin mudah bergerak, dan menjangkau ke Indonesia," ungkap Arief.

Pesona Arung Jeram Nunukan Diyakini Mampu Tarik Banyak Wisman

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus melakukan langkah strategis untuk meningkatkan pariwisata di Indonesia. Salah satu destinasi yang bisa ditawarkan adalah paket Arung Jeram di Nunukan.

"Potensi besarnya yang bisa dimaksimalkan. Ini merupakan sebuah keunggulan yang dimiliki Nunukan. Ini menarik terutama untuk wisatawan pencinta petualangan," ujar
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Adella Raung dalam keterangannya, Senin (15/7/2019).

Adella mengatakan itu lewat siaran langsung Radio Republik Indonesia (RRI) pada Sabtu (13/7/2019) dalam Program Festival Crossborder Nunukan 2019.

Kabupaten Nunukan Kaltara memiliki track arung jeram yang cukup panjang, dari Kecamatan Lumbis hingga Kecamatan Lumbis Ogong. Lokasi arung jeram tersebut sangat strategis berada di Sungai Pensiangan yang berhulu di wilayah Negeri Sabah, Malaysia.

"Wisatawan mancanegara paling suka dengan petualangan menantang seperti ini. Saya yakin jika ini dikelola dengan baik akan banyak wisatawan terutama wisatawan Malaysia yang mengunjungi obyek wisata itu untuk berwisata. Makanya kita terus menggelar berbagai event di perbatasan untuk mengangkat potensi yang ada," ungkap Adella.

Memang tak dapat dipungkiri, peningkatan wisatawan mancanegara bergulir setiap tahunnya diperbatasan. Apalagi semenjak berbagai event digenjot di perbatasan oleh Kemenpar. Peningkatannya mencapai 30 persen setiap tahunnya.

"Dengan itu tentunya harus dicermati oleh daerah. Karena jelas, pariwisata tidak bisa berjalan dengan sendirinya. Perlu peran aktif dari daerah untuk mengangkatnya. Apalagi daerahlah yang mengerti keunggulan dan potensi yang dimilikinya," kata Adella

"Ini saja sudah program ke-4 yang kita gelar di Nunukan sepanjang 2019. Dan festival ini merupakan salah satu nawacita Presiden Joko Widodo untuk membangun Indonesia dari pinggiran," imbuhnya.

Dia menambahkan, Festival Crossborder pun memiliki nilai langsung lainnya, dengan diadakannya festival ini tentunya akan terjadi perputaran perekonomian di daerah perbatasan.

"Bisa lihat ada pameran, ada bazaar, ada kuliner, ada produk-produk lokal unggulan daerah yang ikut dipasarkan pada saat festival berlangsung. Ini tentunya membawa pemasukan bagi pelaku UMKM di daerah," terangnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Nunukan Syafarudin mengatakan jika festival ini merupakan salah satu bentuk perhatian pusat kepada daerah. Dengan festival ini maka berbagai destinasi yang ada di Nunukan semakin terekspose lagi.

"Ini adalah bentuk perhatian pemerintah pusat, pemerintah pusat sangat hadir di daerah. Kita punya air terjun, arung jeram, bahkan wisata bahari kita juga oke. Ini akan kita siapkan untuk dipasarkan bagi wisman Brunei dan Malaysia. Terima kasih Kemenpar yang sudah ada bersama kami di perbatasan ini," kata Syafarudin.

Makin masifnya kawasan perbatasan berbenah membuat Menteri Pariwisata Arief Yahya pun lebih semangat. Apalagi Nunukan memiliki potensi wisata yang berlimpah, baik itu wisata alam maupun budaya. Oleh karena itu, sangat tepat kalau Nunukan mulai menempatkan Pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan dalam pembangunan.

Disamping itu, pariwisata juga mempunyai karakteristik yang sangat positif termasuk di dalam hal pelestarian alam dan budaya. Terbukti, alam dan budaya itu di dalam pariwisata 'semakin dilestarikan semakin mensejahterahkan'.

"Tren wisata saat ini telah berubah. Wisatawan saat ini mencari pengalaman otentik ketika berwisata. Mereka selalu ingin menikmati sesuatu yg lokal baik itu budaya ataupun alamnya. Dan itu semua dimiliki Nunukan. Apalagi lokasinya sangat strategis yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Brunei. Sudah tepat Nunukan menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan," ujar Arief.