Minggu, 12 Januari 2020

Sungai Tigris Surut, Istana 3.400 Tahun Terungkap ke Permukaan

Peradaban Sungai Tigris di Irak jadi salah satu yang tertua di dunia. Saat sungai ini surut, reruntuhan istana berusia 3.400 tahun pun terungkap ke permukaan.

Para arkeolog berhasil menemukan reruntuhan sebuah istana kuno yang terletak di tepian Sungai Tigris, bagian Kurdistan, Irak. Kompleks istana ini diperkirakan usianya menembus 3.400 tahun.

Dikumpulkan detikcom dari beberapa sumber, Rabu (17/7/2019), situs arkeologis sepanjang 1 kilometer ini tengah diidentifikasi. Beberapa bagian bangunan yang sementara ini terlihat antara lain, beberapa rumah besar, istana, jalanan dan pemakaman.

Penemuan ini menginspirasi para ilmuwan untuk melakukan penggalian terkait Kerajaan Mittani, yang wilayah kekuasaannya memanjang sampai ke bagian utara Irak dan Syria.

Menurut para peneliti dari Institute for Ancient Near Eastern Studies, University of Tubingen, Jerman saat ini memang masih sangat sedikit sekali informasi mengenai Kerajaan Mittani. Dipercaya, reruntuhan ini bisa memberi informasi lebih terkait kerajaan tersebut.

"Penemuan ini merupakan penemuan arkeologi yang sangat penting di kawasan ini dalam beberapa dekade terakhir," kata arkeolog Hasan Ahmed Qasim yang berkebangsaan Kurdistan.

Bagian utama istana di situs ini duduk di atas pondasi berupa teras berundak yang lokasinya hanya 19 meter dari Sungai Tigris. Sementara tebal dinding istana yang terbuat dari lumpur ini mencapai 2 meteran.

Di dalam istana, yang disebut Kemune ini, tim arkeolog menemukan juga lukisan dinding yang tersimpan dengan baik, dengan warna cat merah dan biru.

"Menemukan lukisan dinding di Kemune adalah sebuah sensasi arkeologis. Kemune adalah situs kedua di kawasan ini yang punya lukisan dinding di periode Mittani," kata Ivana Puljiz, salah satu arkeolog yang terlibat dalam penggalian situs ini.

Situs ini pertama kali ditemukan pada tahun 2010. Namun saat itu, belum ada arkeolog yang mampu mengekskavasi situs tersebut. Namun sekarang, seiring makin surutnya Sungai Tigris, penggalian terus dilakukan untuk mengungkap misteri di balik eksistensi Kerajaan Mittani.

Lebah Hama di Magelang Kini Hasilkan Cuan Menggiurkan

Dulu lebah ini dianggap hama oleh warga di Magelang karena sifatnya merusak. Namun kini, lebah itu menghasilkan untung yang tak sedikit.

Adalah lebah stingless bee atau di Magelang dan sekitarnya dikenal dengan nama lanceng. Dulu, sebelum dikembangbiakkan, lebah ini merusak kayu atap rumah.

Hal itu dijelaskan oleh Mohamad Haris, pendiri Gubug Lanceng, yang juga jadi pelopor peternak madu lanceng di kabupatennya, Rabu (10/7/2019). Ia pun berkeinginan sangat ingin berbagi ilmu ke peternak yang lain.

Karena, tiap yang datang ke rumah atau lokasi kebunnya, ia tak ingin mereka hanya membeli hasil madunya saja. Ia ingin mereka mencicipi dulu dan belajar apa yang ada digelutinya.

"Kita ada eduwisata, belajar mengenai lebah stingless bee atau lanceng. Lokasinya di Desa Kebonrejo, Candimulyo, Kabupaten Magelang," kata Haris.

"Jadi mereka yang datang tak membeli lalu pergi, mereka perlu 'ngicipi' yang dibeli dan bisa pula mengetahui bagaimana beternak lebah lanceng," imbuh dia.

Singkat cerita, peternakan lebah lanceng tak dilakukannya sejak awal. Ia semula bekerja sebagai sales pakaian lalu mengalami kecelakaan motor yang menyebabkan istrinya meninggal.

Haris mengalami patah kaki dan dirawat di rumah selama 2 tahun tapi nggak sembuh juga. Lalu, ia disarankan oleh seorang dokter untuk menggunakan madu lanceng dengan dioleskan rutin.

"Setelah menggunakan selama 3,5 bulan ada perubahan dan digunakan hingga kini. Karena di madu ini ada antibiotik dan antioksidan," cerita dia.

"Madu lanceng juga bisa untuk kekebalan tubuh. Rendah glukosa dan baik bagi penderita diabet. Asam amino tinggi. Berbentuk encer. Kalau yang glukosa tinggi itu lebah biasa," lanjutnya.

Setelah merasa lebih baik, ia berencana untuk beternak lebah lanceng. Haris lalu mencari lebah itu di rumah-rumah warga. Ia terbantu dengan program bedah rumah, karena dari kayu-kayu yang dibongkar ditemukanlah lebah lanceng.

"Ada beberapa cara yang bisa digunakan. Setelah saya punya lebah yang cukup, yang lebih sering digunakan kini adala splitting. Yakni dari 1 koloni jadi dua dan seterusnya. Cara yang pertama dulu itu mencari lebah dari rumah yang dibongkar," urai dia.

Ibadah yang Nyaman di Masjidil Haram

 Bagi traveler Muslim, perjalanan ke Masjidil Haram adalah perjalanan istimewa, baik dalam rangka beribadah haji maupun umrah. Ibadah di sana sungguh nikmat.

Agar bisa beribadah dengan nyaman di Masjidil Haram, ada beberapa tips yang bisa di coba. Pertama, Thawaf di lantai atas, jamaa umumnya memilih lantai dasar untuk melaksanakan Thawaf dengan alasan lebih dekat dengan Kabah.

Namun , jika situasi penuh dan berdesakan, jamaah bisa melaksanakan Thawaf di lantai atas, atau bersamaan dengan para pengguna kursi roda. Jamaah bisa lebih leluasa dalam melaksanakan Thawaf dan tidak berdesak-desakan. Thawaf di lantai atas memakan waktu sekitar 40 hingga 50 menit.

Kemudian, pilih Waktu Thawaf yang tepat. Jika kondisi fisik cukup kuat, haji maupun umrah bisa melaksanakan Thawaf 2x dalam sehari. Waktunya? Sebenarnya Thawaf bisa dilakukan kapan saja, tapi lebih nyaman jika melaksanakan Thawaf di pagi hari setelah salat Subuh atau malam hari setelah Isya. Pada waktu pagi cuaca tidak begitu panas dan kondisi badan masih segar.

Selanjutnya, Sa'i di lantai atas tidak banyak yang tahu. Ada lebih dari satu tempat Sa'i di Masjidil Haram. Tempat sa'i yang sangat ramai ada di lantai bawah. Adapun tempat Sa'i di lantai atas relatif sepi dan lengang.

Untuk menghindari keramaian dan situasi berdesak-desakan, jamaah haji maupun umrah sebaiknya memilih Sa'i di lantai atas.

Selanjutnya, membawa alas kaki ke dalam masjid Sebelum masuk Masjidil Haram. Sebaiknya jamaah menyimpan alas kaki dalam tas dan membawanya masuk dalam masjid. Hal ini menghindari hilang atau tertukarnya alas kaki. Walaupun disediakan rak tempat alas kaki di dekat pintu masuk, sebaiknya alas kaki tetap dibawa karena belum tentu jamaah melalui pintu yang sama saat keluar masjid.

Jika memerlukan kantong plastik, jamaah bisa mendapatkannya dari askar atau mengambil di roll yang ada di tepi jalan sebelah Al Sofwah Tower, tak jauh dari Pintu Ajyad.

Selamat beribadah di Masjidil Haram!

Sungai Tigris Surut, Istana 3.400 Tahun Terungkap ke Permukaan

Peradaban Sungai Tigris di Irak jadi salah satu yang tertua di dunia. Saat sungai ini surut, reruntuhan istana berusia 3.400 tahun pun terungkap ke permukaan.

Para arkeolog berhasil menemukan reruntuhan sebuah istana kuno yang terletak di tepian Sungai Tigris, bagian Kurdistan, Irak. Kompleks istana ini diperkirakan usianya menembus 3.400 tahun.

Dikumpulkan detikcom dari beberapa sumber, Rabu (17/7/2019), situs arkeologis sepanjang 1 kilometer ini tengah diidentifikasi. Beberapa bagian bangunan yang sementara ini terlihat antara lain, beberapa rumah besar, istana, jalanan dan pemakaman.

Penemuan ini menginspirasi para ilmuwan untuk melakukan penggalian terkait Kerajaan Mittani, yang wilayah kekuasaannya memanjang sampai ke bagian utara Irak dan Syria.

Menurut para peneliti dari Institute for Ancient Near Eastern Studies, University of Tubingen, Jerman saat ini memang masih sangat sedikit sekali informasi mengenai Kerajaan Mittani. Dipercaya, reruntuhan ini bisa memberi informasi lebih terkait kerajaan tersebut.

"Penemuan ini merupakan penemuan arkeologi yang sangat penting di kawasan ini dalam beberapa dekade terakhir," kata arkeolog Hasan Ahmed Qasim yang berkebangsaan Kurdistan.

Bagian utama istana di situs ini duduk di atas pondasi berupa teras berundak yang lokasinya hanya 19 meter dari Sungai Tigris. Sementara tebal dinding istana yang terbuat dari lumpur ini mencapai 2 meteran.

Di dalam istana, yang disebut Kemune ini, tim arkeolog menemukan juga lukisan dinding yang tersimpan dengan baik, dengan warna cat merah dan biru.

"Menemukan lukisan dinding di Kemune adalah sebuah sensasi arkeologis. Kemune adalah situs kedua di kawasan ini yang punya lukisan dinding di periode Mittani," kata Ivana Puljiz, salah satu arkeolog yang terlibat dalam penggalian situs ini.

Situs ini pertama kali ditemukan pada tahun 2010. Namun saat itu, belum ada arkeolog yang mampu mengekskavasi situs tersebut. Namun sekarang, seiring makin surutnya Sungai Tigris, penggalian terus dilakukan untuk mengungkap misteri di balik eksistensi Kerajaan Mittani.