Minggu, 05 Januari 2020

Warga Desa Komodo Berjuang ke Jakarta, Tolak Penutupan Pulau Komodo

Warga Desa Komodo menolak keras penutupan Pulau Komodo. Mereka sampai datang ke Jakarta, untuk bertemu pihak-pihak terkait.

Penutupan Pulau Komodo merupakan wacana yang digulirkan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat pada bulan Januari 2019. Hingga kini, wacana tersebut masih dibahas oleh pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.

Akbar, salah seorang warga Desa Komodo bersama tokoh-tokoh Desa Komodo dan perwakilan masyarakat mendatangi Jakarta. Pada Jumat (2/8) kemarin, mereka sudah tiba di Jakarta dan bertemu Dirjen KSDAE, Wiratno.

"Kami sudah bertemu Pak Wiratno dan menyampaikan argumentasi menolak penutupan Pulau Komodo," tegas Akbar kepada detikcom, Senin (5/8/2019).

Menurut Akbar, wacana penutupan Pulau Komodo yang dilandasi alasan konservasi adalah tidak tepat. Sebab menurutnya, warga Desa Komodo sendiri tidak pernah mengusik habitat komodo.

"Kami membentuk tim terpadu yang terdiri dari berbagai stakeholder dari peneliti komodo sampai pengusaha wisata. Hingga kini, belum ada indikasi penurunan nilai-nilai konservasi di Pulau Komodo," paparnya.

Menurut Akbar, Wiratno mendengarkan dengan seksama dan mengapresiasi kedatangan warga Desa Komodo. Akbar menjelaskan, dari aspek konservasi, sosial hingga ekonomi tidak ada hal yang mendesak yang sampai harus menutup Pulau Komodo.

"Tidak ada yang 'urgent' sehingga harus menutup Pulau Komodo. Semuanya baik-baik saja sampai saat ini," ungkapnya.

Perlu diketahui, ada 2.000 jiwa penduduk di Pulau Komodo yang terbagi dalam 500 KK, 1 desa, 5 dusun dan 10 RT. Selain itu, isu Pemprov NTT ingin memindahkan warga desa ke sana ke pulau lain juga diprotes.

"Kami warga Desa Komodo sudah hidup di Pulau Komodo jauh sebelum ada taman nasional dan jauh sebelum ada negara Indonesia. Kami tidak akan pindah, karena itu rumah kami, tanah kelahiran kami," paparnya.

Siang ini, Akbar dan perwakilan warga Desa Komodo yang datang ke Jakarta baru saja mendatangi Kementerian Pariwisata. Mereka bertemu staff ahli menteri pariwisata.

"Kami sampaikan semua data-data yang kami punya, kami tidak asal sembarang ngomong," katanya.

Akbar juga berharap, mereka bisa menemui Presiden Jokowi untuk menyampaikan aspirasinya. Namun hingga kini, hal itu belum bisa terwujud.

"Kami datang ke Jakarta dengan uang pas-pasan dari patungan masyarakat. Kami datang ke Jakarta untuk memperjuangkan kehidupan kami," tutupnya.

Beragam Kreasi Kostum Dunia Memukau Grand Carnival JFC 2019

Beragam kreasi kostum di Jember Fashion Carnival (JFC) 2019 memukai pengunjung yang hadir di Grand Carnival JFC 2019. Warna-warni delapan defile suku bangsa ini ditampilkan secara utuh dan menarik yang memberikan euforia tersendiri bagi para pecinta karnaval mode.

Delapan defile suku bangsa tersebut di antaranya, Ada Aztec dari Meksiko, Mongol dari Mongolia, Zulu dari Afrika Selatan, Viking dari Norwegia, Karen dari Thailand, Polynesia, serta Indonesia yang diwakili Suku Minahasa dari Sulawesi Utara hingga Hudoq dari Kalimantan Timur.

Ketua Tim Pelaksana Calendar of Event (CoE) Kemenpar Esthy Reko Astuty mengatakan saat ini JFC bahkan masuk 10 besar CoE Kemenpar 2019, dan menjadi karnaval terbaik di Indonesia. I berharap, prestasi ini nantinya dapat menular ke daerah-daerah lain di Tanah Air.

"Sesuai dengan hasil perbincangan salah satu kurator CoE Taufik Raden dengan almarhum Dynan Fariz sebelum meninggal, beliau berkeinginan agar JFC 2020 mengangkat tema khayangan yang menampilkan semacam dewa-dewi. Mudah-mudahan itu bisa direalisasikan tahun depan," ujarnya dalam keterangannya, Senin (5/8/2019).

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani mengatakan JFC 2019 digelar dengan berbagai rangkaian acara, dari Pets Carnival, Kids dan Artwear Carnival, Wonderful Archipelago Carnival Indonesia, hingga puncaknya Grand Carnival yang juga diramaikan dengan busana-busana dari desainer kondang Anne Avantie. Termasuk penampilan spesial Cinta Laura Kiehl.

"Acara puncak diisi dengan menampilkan defile suku bangsa di dunia yang memenuhi catwalk sepanjang 3,6 kilometer. Penonton bisa menikmati kostum-kostum yang tak biasa, dengan corak dan warna yang menarik," tegasnya.

Hentakan Musik Manuk Dadali dan Tari Nusantara Bergema di Rusia

Publik Rusia dibuat bergairah oleh beragam konten kreatif di Festival Wonderful Indonesia 2019. Warna-warni musik kekinian dan tradisional disajikan masif dan modern memberikan euforia tersendiri bagi publik negara Beruang Merah tersebut, salah satu yang memberikan energi positif tersebut yakni DJ Nachita.

Menurut Nachita, Lagu daerah Manuk Dadali dan Jaranan yang disajikannya dengan aransemen Electronic Dance Music (EDM) mendapatkan apresiasi yang sangat luara biasa. Semua terhentak mengikuti alunan musik dan tarian tradisional yang atraktif.

"Sambutan masyarakat Rusia untuk lagu ini sangat bagus. Kami sengaja mengemasnya dalam format EDM. Secara basic, lagu Manuk Dadali dan Jaranan sangat bagus. Jadi ketika ditransformasi ke genre apapun tetap menarik, termasuk EDM," ujar DJ Nachita dalam keterangannya, Senin (5/8/2019).

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kemenpar Nia Niscaya mengatakan Indonesia sangat kaya akan budaya serta kuat dengan nuansa tradisional. Setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing. Lebih menarik lagi, warna tradisional tersebut tetap sesuai kemasan kekinian. Nuansa yang muncul justru luar biasa.

"Hal ini pun menegaskan, Indonesia sebagai destinasi wisata terbaik bagi dunia. Ini yang akan muncul di depan publik Rusia," ujar Nia

Adapun Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kemenpar Regional IV (Eropa) Agustini Rahayu mengatakan, kekayaan nusantara lengkap yang meliputi musik dan tarian. Keduanya pun menjadi bagian experience terbaik wisatawan bila berkunjung ke Indonesia.

"Musik dan tari menjadi kekayaan tak ternilai nusantara. Wisatawan akan mendapatkan experience terbaik bila datang langsung ke Indonesia. Bukan hanya menikmatinya, mereka bisa mengeksplorasi dengan mempelajarinya. Ada banyak sanggar di sana yang siap menyempurnakan experience wisatawan bila berkunjung ke Indonesia," imbuh Ayu.

Menampilkan 2 tariannya, Gandrung Bandung menjadi salah satu identitas Jawa Barat. Tari Gandrung Bandung biasanya ditampilkan dengan rasa kekinian. Dengan gerakan khas, Tari Gandrung Bandung pun menjadi gambaran keindahan dan keelokan Kota Kembang. Nia memaparkan, Rusia selalu kagum dengan kekayaan nusantara.

"Respon publik Rusia terhadap produk budaya nusantara sangat positif. Mereka selalu kagum dengan kekayaan budaya Indonesia. Silahkan datang dan eksplorasi negara kami. Sebab, di sana sangat eksotis baik budaya dan alamnya," katanya.

Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi kegiatan Kemenpar di Festival Wonderful Indonesia di Rusia. Menurutnya, dengan beragam potensi budaya dan alam di Indonesia, kami mengundang masyarakat Rusia untuk berkunjung. Ada banyak destinasi dengan beragam aktivitas yang bisa dikunjungi di Indonesia.

"Kami jamin mereka akan berkesan. Apa yang ditampilkan di Festival Wonderful Indonesia itu hanya sebagian kecil dari kekayaan nusantara. Silahkan ke Indonesia dan nikmati lagi. Penerbangan dari Rusia ke Bali sudah ada. Silahkan datang dan rasakan Wonderful Indonesia kami," tutup Menteri terbaik ASEAN tersebut," tutur Arief.