Rabu, 01 Januari 2020

Terlalu Populer, Pantai Cantik di Australia Menolak Turis

Kedatangan turis kerap dinanti-nantikan, tapi tidak di kota Australia ini. Karena terlalu populer, kota ini berencana menolak turis yang datang ke pantai mereka.

Noosa adalah sebuah kota kecil 150 km di utara Brisbane, Queensland, Australia yang mungkin belum populer bagi traveler dari Indonesia. Tapi bagi turis lokal Australia, Noosa amatlah populer dengan pantai pasir putihnya yang menawan.

Saking populernya, sampai-sampai pihak Pemerintah Kota Noosa kewalahan dan berencana untuk membatasi jumlah turis. Dihimpun detikcom dari beberapa sumber, Selasa (13/8/2019) dari data tahun 2018 lalu, Noosa dikunjungi hingga 2,36 juta turis lokal.

Jumlah ini sangat jauh perbandingannya dengan jumlah penduduk Kota Noosa yang hanya berjumlah 52 ribu jiwa, alias lebih banyak turis yang datang dari pada penduduk lokalnya. Inilah yang menjadi masalah untuk wisata pantai mereka.

Tempat parkir untuk umum jadi penuh. Begitu pula dengan hotel dan restoran-restoran. Untuk liburan Natal tahun ini saja, semua kamar hotel di Noosa sudah habis dipesan sampai bulan Oktober.

Belum lagi dengan pusat perbelanjaan yang dipenuhi turis. Situasi ini membuat pihak pemerintah kota berencana untuk melakukan pembatasan turis. Caranya ada berbagai macam.

Pertama dengan membatasi tiket bagi pengunjung yang ingin datang ke acara-acara yang digelar di Kota Noosa. Pihak pemkot juga ingin memprioritaskan turis asing dibandingkan dengan turis lokal Australia.

Sementara itu, sebagian warga Noosa justru menolak rencana Pemkot Noosa untuk membatasi turis. Para warga yang kebetulan punya bisnis usaha jasa wisata justru merasa tidak ada yang salah dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Noosa karena mereka butuh setiap dollar yang masuk ke kantong dari wisatawan yang datang ke tempat mereka.

Serasa Dunia Aquaman, Makan di Restoran Bawah Laut Maldives

 Maladewa menawarkan tempat wisata kuliner yang unik. Ada restoran di bawah laut, rasanya makan di dunia Aquaman.

Maldives alias Maladewa memang terkenal dengan pantai, bawah laut dan resor terapungnya yang mewah. Jadi jangan heran bila liburan ke Maldives selalu menjadi pilihan bagi pasangan yang ingin momen romantis nan mewah.

Selain penginapannya, kamu juga harus coba menikmati bawah laut Maldives sembari makan siang. Dilansir detikcom dari CNN Travel, Selasa (13/8/2019) salah satu restoran bawah laut yang bisa kamu kunjungi adalah Ithaa Undersea Restaurant di Pulau Rengali.

Tempat wisata di Maldives yang unik ini merupakan bagian dari resor mewah bernama Conrad Rangali. Tentu saja, hanya tamu resort inilah yang bisa menikmati makan siang sembari menikmati ratusan ikan berenang ke sana kemari.

Restoran Ithaa berada di lima meter di bawah permukaan laut. Para tamu dimanja dengan pemandangan lepas bawah laut, karena restoran ini transparan alias ditutupi kaca. Jadi kamu serasa di dalam aquarium.

Restoran Ithaa tidaklah besar, hanya berukuran panjang 9 meter dengan lebar 5 meter. Restoran ini punya bangku terbatas, hanya mampu menampung 14 orang saja.

Restoran ini pertama kali dibuka pada tahun 2005 dan langsung menyambet beragam penghargaan. Restoran bawah laut pertama di dunia ini dinobatkan sebagai restoran terbaik di dunia, juga restoran dengan pengalaman makan paling inovatif serta restoran paling indah di dunia.

Terdapat 4 set makanan yang dapat dinikmati tamu saat makan siang, dan 6 menu makanan untuk makan malam. Untuk dapat menikmati sensasi makan di restoran ini kamu harus melakukan reservasi terlebih dahulu. Biaya makan siang di sini mulai 150 Pound (Rp 2,6 juta) untuk makan siang, dan 230 Pound (Rp 3,9 juta) untuk makan malam.

Restoran ini juga tak luput menjadi sasaran untuk berfoto. Setiap orang yang datang ke sini pasti menggunakan baju yang cocok, sehingga bagus di foto.

Bila kamu beruntung, kamu bisa melihat dan berfoto dengan ikan hiu dan pari yang berenang-renang di atas kamu. Ini memang sebuah pengalaman wisata kuliner yang luar biasa.

Candi Prambanan yang Selalu Instagramable

 Candi Prambanan tak hanya kental dengan cerita sejarahnya saja. Berfoto dengan latar candi, apapun anglenya selalu instagramable.
Candi Prambanan merupakan salah satu warisan sejarah bangsa Indonesia. Komplek pencandian yang terletak di Sleman, DIY ini merupakan kompleks percandian Hindu terbesar Indonesia yang dibangun pada abad ke 9 Masehi.

Bagi kamu yang suka dengan sejarah pasti suka deh pergi ke tempat ini. Kalau aku awalnya ingin ke tempat ini hanya foto-foto. Ternyata setelah sampai, ada yang lebih menarik selain berfoto, aku jadi lebih tertarik melihat struktur bangunan dan bentuk-bentuk candi yang berjarak satu sama lainnya.

Panas begitu terik namun tak menyurutkan semangatku. Berbekal payung sewaaan, aku pun berkeliling kompleks dengan berjalan kaki untuk melihat lebih banyak dan detail. Letih sudah pasti, namun foto-foto yang dihasilkan pastinya juga bagus.

Perjalanan menyusuri komplek Candi Prambanan pun menjadi extraordinary travelling. Berharap bisa wisata ke lokasi dengan bangunan-bangunan keren lainnya, Dubai misalnya.

Dubai menjadi dream destination aku karena pertumbuhan ekonomi yang pesat menyebabkan pengaruh terhadap bangunan-bangunan di sana yang sangat indah. Pastinya ada banyak spot keren di Dubai. Semoga ada kesempatan untuk ke Dubai.

Terlalu Populer, Pantai Cantik di Australia Menolak Turis

Kedatangan turis kerap dinanti-nantikan, tapi tidak di kota Australia ini. Karena terlalu populer, kota ini berencana menolak turis yang datang ke pantai mereka.

Noosa adalah sebuah kota kecil 150 km di utara Brisbane, Queensland, Australia yang mungkin belum populer bagi traveler dari Indonesia. Tapi bagi turis lokal Australia, Noosa amatlah populer dengan pantai pasir putihnya yang menawan.

Saking populernya, sampai-sampai pihak Pemerintah Kota Noosa kewalahan dan berencana untuk membatasi jumlah turis. Dihimpun detikcom dari beberapa sumber, Selasa (13/8/2019) dari data tahun 2018 lalu, Noosa dikunjungi hingga 2,36 juta turis lokal.

Jumlah ini sangat jauh perbandingannya dengan jumlah penduduk Kota Noosa yang hanya berjumlah 52 ribu jiwa, alias lebih banyak turis yang datang dari pada penduduk lokalnya. Inilah yang menjadi masalah untuk wisata pantai mereka.

Tempat parkir untuk umum jadi penuh. Begitu pula dengan hotel dan restoran-restoran. Untuk liburan Natal tahun ini saja, semua kamar hotel di Noosa sudah habis dipesan sampai bulan Oktober.

Belum lagi dengan pusat perbelanjaan yang dipenuhi turis. Situasi ini membuat pihak pemerintah kota berencana untuk melakukan pembatasan turis. Caranya ada berbagai macam.

Pertama dengan membatasi tiket bagi pengunjung yang ingin datang ke acara-acara yang digelar di Kota Noosa. Pihak pemkot juga ingin memprioritaskan turis asing dibandingkan dengan turis lokal Australia.

Sementara itu, sebagian warga Noosa justru menolak rencana Pemkot Noosa untuk membatasi turis. Para warga yang kebetulan punya bisnis usaha jasa wisata justru merasa tidak ada yang salah dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Noosa karena mereka butuh setiap dollar yang masuk ke kantong dari wisatawan yang datang ke tempat mereka.