Saya seorang mualaf pembelajar linux dan penyuka kegiatan F/OSS sejak akhir 2008. Hingga kini level saya baru sekadar pengguna dan merangkap tukang propaganda mengajak calon mualaf lainnya agar mengikuti ijtihad komputasi yang manusiawi dan membumi ini.
Sistem operasi berbasis F/OSS yang saya kenal sejak awal adalah BlankOn Linux, satu di antara distro yang dikembangkan relawan keroyokan komunitas programmer, linuxer plus dukungan #hekerendahati dari Indonesia asli. Akhir 2008 silam, saya mengawali pengalaman F/OSS Linux ini dengan kode rilis tiga, Lontara.
Bagi saya dan pembaca yang terbiasa bekerja dengan sistem komputasi untuk kebutuhan kantoran -- swasta maupun pemerintahan, sekolahan dan atau pemula pembelajar TIK, sistem operasi ini menawarkan alternatif kemudahan. Di antaranya bundel piranti lunak aplikasi yang otomatis terpasang dan siap pakai tanpa ribet mencari -- apalagi mencuri -- keabsahan lisensi.
Mengutip pendapat tertulis Ahmad Haris, Manajer Rilis Proyek BlankOn mengatakan, "Distribusi ini dirancang sesuai dengan kebutuhan pengguna komputer umum di Indonesia," ungkapnya.
BlankOn, lanjut Haris, dikembangkan secara terbuka dan bersama-sama untuk menghasilkan distro Linux khas Indonesia, khususnya untuk dunia pendidikan, perkantoran dan pemerintahan.
"BlankOn merupakan bagian dari gerakan Proyek BlankOn yang memiliki cakupan yang lebih luas lagi. Gerakan ini bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sumber daya manusia Indonesia dalam konteks perangkat lunak bebas dan terbuka," jelasnya.
Tiga Sabtu lalu, komunitas pengembang dan pengguna distro BlankOn menggelar acara peluncuran versi terbarunya secara sederhana. Rilis versi 9.0 ini dinamai kode Suroboyo. Secara kebetulan lokasi peluncuran dilakukan di Kota Pahlawan, Surabaya
Selain tenar dengan sebutan Kota Pahlawan, nama Surabaya mengingatkan kita semua kepada figur masyhur di era revolusi merdeka 1945, Bung Tomo. Ia diakui turut andil mengudarakan gelora perlawanan kepada serdadu sekutu dan teroris Belanda yang ingin kembali menjajah Surabaya.
Meski beberapa pihak mengecilkan peran kepahlawanannya. Konon, hanya berjasa mengudara sebagai penyiar radio saja, Bung Tomo tetap melegenda dan kadung diakui sebagai ikon abadi kota ini.
Pengukuhan gelar pahlawan yang diberikan kepada si Bung beberapa waktu lalu, dirasakan oleh beberapa pihak sebagai pengakuan yang telat belakangan. Sebab masyarakat Surabaya sudah lama mengusulkan gelar pahlawan kepada pemerintah, namun baru turun setelah menunggu puluhan tahun.
Selama menunggu pengakuan gelar itu, saya merasa seolah-olah Bung Tomo dimakamkan sebagai 'pahlawan kesepian'. Ia diakui warga Indonesia tapi dihargai belakangan oleh pemerintahnya.
Pada peluncuran BlankOn ini, saya merasakan lagi drama serupa. Lakonnya kali ini ada di panggung komputasi. Betapa saya, dan pengguna BlankOn umumnya, ingin distro ini menjadi pilihan Indonesia dalam upaya memerdekakan kemandirian teknologi komputasinya.
Senyampang komitmen IGOS yang sempat menggeliat hangat di medio 2004, lalu mati suri sampai kini, saya berharap proyek BlankOn bisa mengisi peran 'pahlawan' kemerdekaan komputasi ini.
Namun, seperti halnya Bung Tomo, upaya perjuangan kemerdekaan ini masih harus diuji. Saya senantiasa bersama komunitas pengembang BlankOn berupaya 'mempropaganda' supaya sistem operasi ini kian dikenali anak-anak dan keluarga Indonesia, meski oknum pemerintahannya sendiri kurang meminati. Sampai di sini saya menemukan terawangan, Bung Tomo dan pengembang BlankOn Suroboyo seperti memiliki sejarah nasib yang mirip: 'pahlawan kesepian'.
Pun dengan demikian, saya sebagai pengguna tetap mbonek saja menawarkan iklan BlankOn-an kepada siswa madrasah, murid pesantren, kolega kerja, dan komunitas diskusi yang kebetulan saya dampingi.
Bagi saya dan pengguna BlankOn lainnya, perjuangan komputasi merdeka ini memang membutuhkan super kerelawanan, kekuatan jaringan dan energi ikhlas tanpa batas. Modal cuma semangat dan tebal bondo nekat, sembari ikhtiar doa diperkuat.
Di catatan sederhana saya, inilah perjuangan pahlawan versi 3.0 yang mengedepankan niat kerelawanan, semangat keindonesiaan dan berpamrih Merah Putih. Pahlawan ver 1.0 menggelorakan kemerdekaan berbangsa dan bernegara. Pahlawan 2.0 memantapkan kekuatan ideologi dan stabilitas ekonomi. Sedangkan Pahlawan 3.0 menggerakkan kemerdekaan komputasi dan keswadayaan teknologi.
Pahlawan ver. 3.0 menjadi domain tupoksi kita semua, saya sebagai pengguna, dan tentu saja relawan yang bekerja menyempurnakan BlankOn 9.0. Semoga saja penamaan Suroboyo sebagai kode rilis BlankOn 9.0 terilhami semangat ini.
Bung Tomo sebagai corong penggelora, mudah-mudahan membangkitkan elan kepahlawanan kepada kita, para pengguna komputasi Indonesia yang ingin merdeka dari penjajahan, pencurian dan pembajakan.
Sembilan Fitur Keindonesiaan
Pada peluncuran BlankOn ke-sembilan, pengembang menawarkan sembilan fitur kemudahan yang bisa dicoba. Seperti dikutip dari berita rilis resmi pengembang BlankOn 9.0 ini, kita bisa menikmati Manokwari, desktop berteknologi HTML5 dan CSS3 yang menarik, ringan, modern dan mudah dimodifikasi.
Ada Geo.BlankOn yang memungkinkan kita gotong royong beramal secara digital. Geo.BlankOn diproyeksikan sebagai gugus perangkat lunak dan data geospasial untuk mendukung beragam platform komputer.
Aplikasi ini bisa menyediakan berbagai macam data berbasis lokasi seperti titik wisata, titik pelayanan publik, titik banjir, titik kemacetan di jalan raya serta informasi berbasis warga lainnya.
Destop Kontekstual menjanjikan tampilan dinamis yang sesuai dengan perubahan waktu. Lewat fitur ini, tampilan antar muka BlankOn Suroboyo lebih segar dan tidak membosankan.
BlankOn 9.0 menyertakan aplikasi perkantoran terbaru yang lengkap dan handal serta mendukung berbagai format berkas perkantoran populer. Mempunyai format dokumen terbuka yang dengan ukuran berkas jauh lebih kecil serta lebih aman sesuai standar dokumen nasional maupun internasional.
Pengembang juga memaket aplikasi grafis dalam BlankOn Suroboyo dengan aplikasi bawaan yang mendukung pengolahan gambar. Bundel piranti grafis gratis berbasis F/OSS ini di antaranya ialah pembuka gambar (GThumb), editor gambar berbasis bitmap (GIMP) hingga editor grafis berbasis vektor (Inkscape).
Piranti lunak legal berlisensi asli ini akan membantu kita membuat logo, mengolah foto dan atau membuat desain grafis lain sesuai kebutuhan yang kita inginkan.
Jika kita ingin memasang aplikasi lebih cepat, BlankOn 9.0 memberikan akses kemudahan dan fitur kelengkapan lewat perangkat Warung Aplikasi (Warsi). Fitur yang memiliki kemiripan playstore ini memungkinkan kita 'unduh & unggah' secara mudah, murah dan sah
Lalu ada Maleo yang membuat BlankOn bisa menjalankan aplikasi berbasis HTML5 di destop. Maleo juga bisa digunakan untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi berbasis HTML5 agar bisa berjalan baik di destop maupun di perangkat bergerak.
Kemudahan lain yang disediakan untuk pengguna ialah proses Unduh BlankOn. Kita bisa mengunduhnya secara mudah di pranala http://cdimage.blankonlinux.or.id/rilis/suroboyo/ dan juga mirror-server lokal dengan jaminan legal dan murah finansial.
Kemudahan lain yang bisa kita dapatkan adalah minimnya syarat perangkat keras yang mampu menjalankan BlankOn 9.0 Suroboyo, yakni CPU 1 GHz, i386/AMD64, RAM 1 GB, hardisk 15 GB, dan VGA 256 MB.
Bagi pengguna yang memiliki hobi bermain musik, desain BlankOn Suroboyo telah disetel untuk bisa bekerja sama dengan Piranti Musik Digital terkini. Pada BlanKonf#4 awal 2013 lalu, seorang pengguna yang juga pemusik @cho2MLHC telah menguji kesesuaian fitur ini dengan catatan memuaskan.
Bagi pemusik indie, kompatibilitas yang teruji ini bisa dijadikan alternatif pilihan di tengah tawaran piranti olah musik digital yang berlisensi mahal dan atau bajakan illegal.
Wali Komputasi
Bukan bermaksud mengamini teori klenikologi jka ternyata 9 identik dengan nama INDONESIA. Ya jumlah penyusun nama INDONESIA tertata dari 9 aksara. Sembilan ini juga yang kebetulan jadi angka penanda kode peluncuran BlankOn Suroboyo. Harapan saya, tentunya dibarengi ikhtiar kerja, 9 huruf inisial INDONESIA ini bisa menyemangati kembali kebangkitan dan kemandiran teknologi, terutama di sektor lini komputasi
Lalu saya pun berbaik sangka semoga saja kode 9.0 saja ini menandai awal gerakan wali komputasi yang terilhami jejak dakwah ilahiah Wali Songo.
Bedanya, wali songo beramal di gerakan moral. Sedangkan pengembang BlankOn 9.0 Suroboyo giat 'berdakwah' digital menganjurkan pilihan jalan sistem komputasi yang halal, murah, mudah dan sah. Keduanya sama menggerakkan ijtihad sosial dalam upaya menyejahterakan bangsa Indonesia.
Sebagaimana kita pahami filosofi tupoksi wali, sesungguhnya ia bermakna pelindung manusia, khalifah penjaga dunia dan atau penggembala keluarga. Dengan menggunakan sistem operasi bikinan anak-anak bangsa sendiri, khususnya BlankOn ini, kita bisa jadi 'wali' yang menjaga potensi mereka sekaligus melindungi aset-aset modal kekayaan intelektual yang bernilai mahal.
Meminjam istilah Direktur Eksekutif Proyek BlankOn, Muhammad Dhani Anwari, upaya ini merupakan ikhtiar memantapkan hati serta melangkahkan kaki untuk mencapai tujuan besar yang kita sebut sebagai 'Misi'. Saya sepakat menyebutnya sebagai misi 'Wali Komputasi' yang menjaga gerakan ini terus bergema suara dan giat aksi nyatanya.
Upaya menjadi wali komputasi adalah sekaligus ikhtiar proteksi dini kita sebelum produk sistem kompitasi jahitan asli para pengembang Indonesia ini diklaim dan diberdayakan negara jiran.
Lalu seperti biasa, kita hobi telat bereaksi, baru berkoar-koar protes histeris sok nasionalis setelah sebelumnya membiarkan saja bakat xtravaganza mereka.
Akhirnya, lewat BlankOn 9.0 Suroboyo, saya bergerak menapak jejak Bung Tomo, menyeru semangati kita semua untuk bisa jadi pahlawan sekaligus wali komputasi yang menggerakkan lanjutan cerita kemerdekaan kepada keluarga Indonesia.
Dukung dan gunakan BlankOn sebagai tanda acungan penghargaan jempol kita untuk para pengembang piranti lunak terbuka. Patut kita syukuri, jaga dan rawati semangat nekad hasta karya digital dan amal intelektual mereka, anak-anak muda berbakat Indonesia.
Bismillaah dengan bondo nekad, jejaring semangat, dan doa tirakat yang kiat, kita ikhtiari kemandirian teknologi komputasi hasil kerja pahlawan kita, para pengembang lokal Indonesia. Merdeka!
*) Penulis, Gus Adhim merupakan seorang santri peminat fotografi, penggiat F/OSS dan teknologi informasi. Saat ini, penulis tinggal dan bekerja di Pondok Pesantren Sumber Pendidikan Mental Agama Allah (SPMAA) Lamongan.
Sumber : http://inet.detik.com/read/2014/03/17/095026/2527539/398/6/suroboyo-bung-tomo--semangat-bondo-nekat